Ini pertanyaan yang paling sering ditanyakan, kalau ada yang melihat sekelebatan anak di foto sosial media saya. Saya ngerti
⠀
Ketika kamu tahu, kami berhomeschool dengan banyak anak (sejak anak pertama yg sudah dewasa)⠀
Tahu saya menjalankan usaha Green Mommy Shop⠀
Saya blogging (bahkan sebelum ada GMS)⠀
Menulis beberapa buku resep (self publish)⠀
Membuat konsep-konsep belajarnya wanita dewasa⠀
Ngajar di banyak kursus online keluarga kami⠀
Hang out dengan 351 women exactly (+98 yg lagi ngantri masuk)di FB group Heart Work Living⠀
Dan berhomestead, ⠀
⠀
Kedengarannya gila, ⠀
To make you understand, it is crazy, atau lebih tepatnya mungkin kaminya yang gila ⠀
⠀
Meskipun, ⠀
Sakit dan sehat⠀
Dengan segala ups and downs⠀
Pak suami dengan traveling journey untuk studynya⠀
Liburan berhomeschool yang kadang hingga berbulan-bulan lamanya⠀
Dan segala perjalanan hidup keluarga kami, kami terus berhomeschooling⠀
⠀
Mengapa kami berhomeschool?⠀
Alasan ini tidak pernah berubah⠀
Hidup berhomestead dan berhomeschool memberikan anak-anak kami pelajaran tentang kehidupan, kehidupan miliknya yang unik, tentang Tuhannya yang buat saya dan suami sangat kaya isinya, dan kami berdua tidak suka membayangkan anak-anak berada jauh dari pengawasan kami dengan segala hal di luaran sana, kala mereka ada di masa tumbuh kembangnya. ⠀
⠀
Buat kami, membesarkan-mendidik mereka dengan fitrah, high virtues & keahlian beradaptasi itu hal yang sangat penting. Untuk mereka bisa tumbuh menjadi obedient servant of Allah, becoming friend of Allah, manusia yang bisa berpikir, misal sesederhana melihat masalah dan mencari solusi, to be compassionate, considerate, loving, kind, menjalani hidup sesuai keunikan panggilannya masing-masing. ⠀
⠀
Belasan tahun kemudian…⠀
Kami masih berhomeschool⠀
Kalau kalian tanya apa kurikulum kami, kami buat sendiri⠀
Metode belajar? Mostly Classical Education⠀
Jam belajar? 7.30 – 9.30 (with Mommy) dan ini berubah2 tergantung perubahan cuaca dan micro climate kami
Apa yang kami ajarkan ke anak-anak terutama TK-SD adalah sama⠀
Selalu:⠀
Membaca-Menulis-Mengeja (grammar included of course)⠀
Matematika⠀
Sejarah⠀
Science⠀
Islam ⠀
Arabic ⠀
(Social Science bukan core, tapi lebih ke practical dan stories)⠀
⠀
Bagaimana mengajar dengan bayi:⠀
Saya nggak punya jurus ajaib, bayi bisa ada di pangkuan saya, sambil disusui, digendong, tidur disamping⠀
⠀
Bagaimana mengajar dengan toddler:⠀
Saya beri dia mainan, alat belajar, spacenya sendiri (diperhatikan dulu sebelum mulai mengajar kakak2nya karena toddler itu inginnya dia adalah center of attention, ⠀
you touch it, it’s mine!⠀
you taste it, it’s mine!⠀
you see it, it’s mine!⠀
You just can’t get away with toddler dynamic, saya cuma butuh punya banyak peniti hati. ⠀
⠀
Bagaimana mengajar dengan banyak anak dengan usia yang berbeda:⠀
Ajari dengan subject yang sama di waktu yang sama dengan pendalaman yang berbeda⠀
Ajari mereka sejak dini untuk bisa bekerja sendiri⠀
Ajari mereka untuk disiplin bahagia dengan spacenya (baik mental maupun physical space) ⠀
Ajari mereka untuk bersabar bergantian one on one study dengan Mommy atau Daddy, akan ada waktunya kami, akan duduk mengajarimu, atau mendengarkanmu⠀
Ajari mereka untuk disiplin dengan bahan dan alat belajarnya termasuk bersih-bersih sebelum dan setelah belajar (jangan mengharapkan bersih2 dan disiplin mereka adalah dengan standar orang tua, they are not you!, not with your concern, nor wisdom, nor passion about organizing and tidying up) ini adalah proses mereka. ⠀
⠀
Tunjukkan pada mereka, they are loved deeply oleh orang tua mereka (no jealousy ketika ada yang butuh duduk extra belajar dengan orang tuanya)⠀
⠀
Apa anak-anak selalu dengar-dengaran?⠀
Not really⠀
⠀
Apa anak-anak kalau belajar selalu rapi?⠀
It’s messy, very messy sometimes⠀
⠀
Apa anak-anak selalu menangkap materi dengan mudah?⠀
Nggak selalu (imagine even us, often in lives, don’t get what things mean, even its straight up on our face and as big as the elephant standing in front of us).⠀
⠀
Sisanya…⠀
Perserverance (tekun-gigihnya kami orang tuanya untuk terus mendidik mereka) ⠀
and⠀
Lots and lots of prayers (that Allah will continue guiding them and enlightened their mind with knowledge and fill their soul with wisdom)⠀
⠀
Bagaimana perjalanan atau cara berhomeschool kalian?⠀
⠀
PS: Untuk teman-teman yang tidak berhomeschooling: Mohon untuk tidak tersinggung dengan pemikiran kami, pilihan kami ya, saya tidak mendiscreditkan cara pendidikan lainnya. Dan saya sepenuhnya sadar, berhomeschool, ataupun sekolah umum tidak untuk semua anak. ⠀
Pps: wall drawing dari Kak Zahra, inspired by ig jenny.molendyk
Tulisan ini datang dari hati yang capek, dan pikiran yang tergelitik, yang membuat saya harus angkat suara!
Nggak peduli seberapa kita menjadi lebih bijak, berpengalaman, menua, dll.. Tetap saja ada hal di masyarakat, insting bawaan (mungkin), dimana kita harus masuk ke group tertentu untuk cocok berada disuatu golongan, tempat, dll..
Sesekali pemikiran ini muncul di benak saya.. Ini macam kalau di sekolahan, anak-anak yang populer, mereka yang suka baca, dll, akan terlihat duduk, hang out bersama dan klik pastinya.
Nggak peduli usia kita saat ini, Rata-rata dari kita masih memiliki keinginan untuk jadi bagian dari ……
Entah itu sebagai Identitas Label Kebanggaan Agar tidak merasa sendiri Dukungan
Kuat sekali hal ini mendorong kita (tanpa kita rasakan)
Kalau mau jujur, Saya tidak pernah klik, fit in, dimanapun. Dan begini ini adanya saya sejak kecil. Terkadang itu adalah pilihan saya Kala lainnya, rasanya nggak nyaman aja untuk terabaikan.
Dan setelah berdekade-dekade lamanya menjalankan kehidupan diri ini, dengan menjadi pikir orang “aneh”, nggak masuk ke group manapun nggak cocok di komunitas atau golongan apapun, itu kemudian jadi identitas siapa saya, (termasuk juga keluarga saya). Tapi inilah yang kemudian membentuk kehidupan saya dan kami sekeluarga ke homesteading, usaha ramah lingkungan Green Mommy Shop, dan socialpreneurship (terminologi kekinian).
Seriusan, saya nggak nyesal, karena semua ini jadi sesuatu yang terbaik untuk kami sekeluarga.
Berhomestead, memberikan saya kebebasan untuk menikmati dan menjalani hal-hal diluar apa yang lazim dikerjakan orang lain atau cara menjalani hidup sebagaimana layaknya masyarakat modern.Termasuk juga menjalani dorongan hati dan pikiran sebagai multipassionate woman.
Ngomongin tentang Homesteading, dan hidup seperti apa yang kami inginkan buat kami itu: Tentang mengambil alih tanggung jawab kesehatan atas diri sendiri bukan oleh orang lain Tentang mengambil alih kemandirian pangan dari pasar ke rumah tangga Tentang menjalani hidup yang lebih bermakna versi kami sendiri, dengan tidak ikut-ikutan trend modernisasi atau lifestyle kekinian dan berlomba-lomba yang tidak ada habisnya.
Kalau dibandingkan kehidupan kami dengan kehidupan orang jaman dulu, gayanya nenek moyang atau homesteader di negara asalnya, jelas homestead kami berbeda cara dan nuansanya dan pun mungkin alasannya agak berbeda. Mungkin kalian bertanya, * Orang jaman dulu kan makannya mbote (talas), singkong, kami kok makannya kari kacang hijau * Orang jaman dulu masak ya di kayu bakar, kami kok masaknya pake solar oven, klo matahari tak bersinar dan lagi ribet, ya pake elpiji. * Orang jaman dulu nggak beli makanan di toko, kami mengapa masih beli tepung whole wheat? * Seriusan, ituuu berhomestead pake high speed blender?? ngulek kan ramah lingkungan!
Kalau dipikir, meski Homestead itu muncul dari mereka-mereka yang ingin hidup lebih mandiri dan bebas dengan berbagai macam alasan kala itu, tetap saja seperti ada persepsi kalau homestead itu seperti apa berjalannya.
Ada banyak dari kalian disini, Kalau mendengar kata homestead saja, kalian mikirnya “Mana mungkin saya bisa jadi homesteader” karena segala macam stereotype atau persepsi yang sudah terbentuk sebelumnya.
Girls, Saya ringankan hatimu (dan hati saya juga) Saya, kami sekeluarga adalah homesteader dengan gaya kami sendiri.
Bagaimana Homestead Gaya kami itu? * Dimusim kemarau, kalian bakal melihat saya, berjalan-jalan disekitar rumah dengan sandal jepit bukan boots. * Kalian akan melihat saya berkebun sambil bawa HP * Kami punya banyak alat listrik untuk pertukangan, listrik, termasuk alat dapur listrik (meski super jarang dipakai terutama di musim hujan kala matahari malu-malu untuk bersinar dan mencharge baterai dari tenaga surya kami) * Kami tidak selalu membeli bahan makanan organik, mana-mana yang bisa didapatkan ya beli, jika tidak dapat ya beli apa yang tersedia * Kami masih membeli sebagian bahan makanan seperti sayuran di pasar, karena ada yang tidak bisa kami tumbuhkan atau ketika saya gagal panen/malas, dll * Dihari-hari yang super sibuk dengan Green Mommy Shop, saya bahkan tidak mengecek grow bed atau green house, terutama di musim hujan, dan grow bednya pakai wicking bed membuat saya terkadang malas untuk ke kebun. * Ada kalanya saya ngerjain banyak project homesteading seperti membuat pickles, canning, dll dan ada kalanya saya nonton documentaries atau Star trek Discovery (my number one fav series at the moment, setelah Seri Imam Ahmad ibn Hanbal habis masa tayangnya dan Sherlock Holmes versi yang British selesai).
Apa kalian sudah lega? Saya iya.. 🙂
Saya cinta dengan apa yang kami jalani, berhomestead gaya kami ini. Dan saya, nggak mungkin akan 100% berhomestead gaya homesteader pioneer jaman dulu. Saya akan menjalani apa yang kami jalani sebaik mungkin versi kami, bukan versi homesteader lain.
Girls, semoga kalian juga akan mengijinkan dirimu untuk menjadi oke dan puas dengan pilihan berhomesteadmu, meski itu tidak seperti Little House On The Prairie atau Captain Fantastic.
Kita nggak perlu untuk membanding-bandingkan, (bandingkan itu sama diri sendirilah). Nggak perlu merasa kewalahan karena ada yang harus kita realisasikan hanya untuk disebut homesteader.
Perjalananmu berhomesteadmu adalah milikmu Kemenangan homesteadmu adalah milikmu juga Kebahagiaan berhomestead juga sepenuhnya punyamu
Hidup berhomestead versi kami memang direncanakan.
That’s how it all started. Ini mungkin bukan awal cerita yang menarik 🙂 Karena perjalanan kami memang dimulai karena memang ingin berhomestead karena segala alasan (baca artikel ini atau di postingan sebelumnya).
Tadinya kami berhomestead di rumah kota dengan segala keterbatasannya, mulai dari: Berkebun di atap Aquaponics Panen air hujan Banyak menyiapkan makanan dengan gaya DIY Memelihara ikan, ayam, lebah mini Memanggang dengan solar oven Berhomeschool Dan banyak lainnya
Dan saya memulai blog greenmommyshop.wordpress.com sambil menjalani semua itu (hati saya terganggu untuk tidak berbicara tentang apa yang saya sadari dan jalani).
Saya tidak mengenal siapa-siapa saat itu (juga saya orang baru di kota Malang), dan tidak tahu ada orangkah yang peduli dengan celotehan saya dan foto blurry dari hp jadul disetiap postingan blog.
Atau peduli dengan foto panenan dari kebun kota yang cuma bisa jadi 1 porsi makanan. 11 tahun bergulir, Saya, Suami Banyak anak yang lahir setelahnya.. Saya masih menjalani cara hidup yang sama (tapi kami pindah dari berhomestead di kota ke berhomestead di gunung)
Saya masih blogging, gardening, homeschooling, distilling, cooking (wayyy more cooking).
Ketertarikan saya (dan keluarga) pada gaya hidup ini jelas telah bertahan lebih lama dari segala jenis hukum tentang “ketertarikan akan benda/hal/hobi/gaya hidup yang baru, trending atau mengkilap”.
Dan selama bertahun-tahun setelahnya, saya bertanya pada diri sendiri? Mengapa saya, kami masih melakukan semua ini?
Karena sejujurnya?
Kami suka dengan kebebasan yang diberikan oleh gaya hidup berhomestead. Saya bahagia dengan melihat anak-anak yang menghabiskan harinya tanpa gadget dan tidak pernah habis ide untuk menghabiskan waktunya dengan antusias dari pancaran mata dan lengkingan suara mereka kala menyambut sarapan. Saya menikmati berkebun.
Tapi hal-hal itu saja tidak cukup untuk membuat saya bangun dari tempat tidur di pagi hari, atau membuat kami bertahan dengan sesuatu selama lebih dari 1 dekade.
Meski saya menghabiskan masa kecil saya dengan menonton dari Little House On The Prairie Keluarga Inggals, saya nggak punya cita-cita untuk hidup dengan cara persis seperti itu. Di benak saya, saya ingin hidup lebih dekat dengan kata hati saya “alam”, lebih sehat “alam” dan caranya, akan kami tempuh apapun itu. Tidak dinyana setelah kami pindah di farm, keluarga kami sering di sebut hidup seperti Keluarga Inggals atau melihat keluarga kami seperti menonton Film Captain Fantastic (yang saya tonton juga secara nggak sengaja karena Pak Suami biasanya memberikan waktu untuk kami sekeluarga nonton bersama).
Namun, saya menyadari obsesi kami sekeluarga dengan gerakan homesteading modern ini memiliki akar yang lebih dalam.
Buat kami, homesteading itu tidak sekedar meniru cara hidup homesteading lama. Iya sangat menyenangkan untuk membuat roti dari sourdough starter yang starternya saya buat dari wild berries dan murbei di sekitar homestead kami. Tetapi di balik itu, kesenangan itu memberikan makna lebih mendalam yaitu memberikan kami makanan sehat, lebih lezat dan dengan jejak karbon yang lebih rendah, tidak seperti misal membeli roti toko.
Menggali lebih dalam
Saya dan suami seringkali ditanya, bagaimana menemukan tujuan hidup kami? Karena ini adalah hal yang tidak mudah. Yang saya sadari adalah, ini sebenarnya adalah fitrah setiap manusia. Tergantung kita untuk kita mau memilih mendownload programnya atau tidak. Dia akan tetap ada disana.
Tetapi, Kalau dipikir-pikir, berhomestead saat ini, bukan lagi sekedar hal indah untuk dimimpikan, tetapi melampau semua batas untuk hidup lebih berkesadaran dan lebih penuh dari hati. Dan ini, justru sangat dibutuhkan untuk sebanyak mungkin masyarakat bumi ini melakukannya.
Mungkin kamu takut untuk membayangkan dirimu berhomestead? Untuk sebagian orang, mungkin memilih untuk kerja di balik meja 24 jam sehari daripada memikirkan dirinya berhomestead.
Please read on, Teknologi memudahkan kami untuk memiliki sumber listrik dari tenaga surya untuk 100% penggunaan sumber energi kami, jadi kami tidak harus seperti homesteader jaman dulu yang menggunakan lampu minyak. Saya bekerja untuk Green Mommy Shop dari jauh dengan menggunakan laptop dan sambungan internet. Dan kami menggunakan high speed blender, food processor, electical tools untuk bertukang, pandai besi dan kami tidak malu menggunakannya.
TETAPI Dibalik itu semua, yang menyadarkan kami adalah bahwa teknologi dan kehidupan modern ini menjadi obsesi manusia untuk hidup lebih cepat, lebih kaya, lebih maju, tetapi banyak yang menjadi lebih dangkal dan tidak berkelanjutan telah menggantikan dan membuat kita lupa ada hal-hal fitrah yang mengikat kesehatan, akal dan hati kita untuk menjaga kehidupan manusia itu sendiri agar terus berkelanjutan (termasuk buminya).
Misal, Kita makan makanan fast food, delivery online daripada memilih makanan masakan rumah. Kita menghabiskan waktu di bawah cahaya buatan, daripada cahaya matahari dan bulan (yang menyehatkan). Kita memilih mengotomasi segala hal mulai dari membuat kopi dengan espresso machine hingga memicrowave segala hal yang bisa diinstantkan.
Konsep “plastik” atau konsep “instan” itu memang membuai dan awalnya adalah ide yang cemerlang. Tetapi kita lupa apa isi bola salju yang membesar karenanya, dan bahkan sebagian besar dari kita malah tidak sadar ada apa di dalam bola salju itu. Dan sayangnya realita ini akan tetap ada disini untuk waktu yang kita sendiri tidak tahu.
Mungkin ini juga alasan mengapa semakin banyak orang yang terkena berbagai macam tantangan kondisi kesehatan fisik, mental dan spiritual. Saya tidak punya jawaban atau semua masalah manusia modern ini, tetapi saya yakin bahwa perubahan pada kehidupan manusia ini telah menggangu keberlanjutan manusia dan buminya.
Kita jadi lupa bagaimana hidup dengan niat mulia sejalan dengan fitrah kita Kita jadi manusia yang mengidolakan Drakor dan Netflix dan memimpikan hidup seperti yang terkurasi di instagram influencer.
Dari gerakan hidup ramah lingkungan, “green lifestye” di tahun 2000an (di Indonesia) ke “Zero Waste” beberapa tahun terakhir ini, dan mengintegrasikan ke ketahanan pangan dengan berkebun dari rumah urban, apartemen ataupun di halaman rumah desa hingga DIY, ini adalah hal yang sangat indah dan pergerakannya bergulir sangat cepat. Tetapi hal yang saya amati, rata-rata orang akan berhenti melakukannya setelah mencoba beberapa hal diseputar hidup ramah lingkungan, yang sebenarnya juga adalah bagian dari hidup berhomestead. Mereka termotivasi dengan film Little House on The Prairie atau Captain Fantastic, tetapi seperti ada mental block untuk meneruskannya.
Waktunya untuk kita membuka tirai hidup berhomestead dan terus berjalan. Coba tanya pada dirimu sendiri? Mengapa kamu sangat tertarik dengan hidup ala “farm life” “homestead life” “hidup selaras alam” “hidup minim/zero waste”?
Itu karena kita tahu bahwa jauh di dalam kesadaran kita bahwa memasak dari nol di rumah, bercocok tanam pangan untuk kebutuhan keluarga, membuat barang untuk kebutuhan keluarga, bukanlah sekedar trending atau bahagianya bernostalgia, tetapi ada sesuatu yang membahagian hati, menyehatkan fisik dan mencerahkan akal.
Tindakan ini adalah inti dari keberadaan manusia, ini adalah fitrah kita dan telah dilakukan oleh manusia dari generasi ke generasi selama ribuan tahun. Dan hal ini tetap bisa kita lakukan, meski kita terbantukan dan bisa memiliki banyak hal dan kemudahan akan akses banyak hal.
Sisters, Kita membutuhkan hidup seperti ini, Kita lebih membutuhkannya saat ini dibandingkan pendahulu kita sebelumnya.
Jika kamu masih ragu, saya mengerti. Do your own research, cari tahu lebih tentang keterkaitan hidup selaras alam, di alam, dekat dengan alam dan kaitannya akan kesehatan fisik, mental dan spiritual dan kesehatan bumi ini untuk keberlanjutannya.
Ada sangat banyak studi yang telah dipublikasikan tentang semua hal ini. Misal kaitan kesehatan manusia saat ini dan defisitnya mikrobioma tubuh kita dan bagaimana ini bisa dikembalikan lewat kekayaan bakteri dari tanah (termasuk juga masalah kulit dan kecantikan yang semakin banyak saja masalahnya, salah satunya berakar dari masalah ketidakseimbangan mikrobioma).
Tentang bagaimana kegiatan merajut atau memotong kayu bisa mengurangi stress, kecemasan dan depresi.
Atau Bagaimana anak-anak yang lebih sering makan bersama orang tuanya tidak rentan dengan masalah sosial atau kecanduan alkohol, obat terlarang, dll dibanding anak yang jarang makan dengan orang tuanya.
Juga tentang bermain di luar (bermain tanpa struktur: bermain bebas) menurunkan gejala ADHD pada anak-anak.
Jangan percaya apa yang saya katakan, Again, do your own research.
Sekarang, Kalian pasti sudah melihat dan mengerti apa yang saya sharing disini. Isu tentang manusia dan keberlanjutannya sangatlah kompleks, dan saya tahu, bahwa berhomestead bukanlah satu-satunya solusi. Tetapi saya tahu ini adalah salah satu solusi terbaik!.
Sekarang, mungkin ini adalah hal yang kalian tunggu-tunggu, untuk memudahkanmu untuk melompat berhomestead, karena mungkin kamu terbentur dengan notion “berhomestead itu harus seperti Laura Inggals dan keluarganya”, “harus seperti pakem berhomestead”dan harus seperti kami tinggal di hutan?
Please don’t Jangan batasi mimpi, keinginan mulia kalian dengan batasan itu. Berhomestead itu ; Kamu tidak harus memiliki kambing atau sapi Kamu tidak harus pindah ke tengah hutan seperti kami Kamu tidak harus hanya mengkonsumsi apa yang kamu hasilkan dari kebunmu
TETAPI kamu butuh beberapa keahlian berhomestead atau kalau kata saya keahlian untuk hidup sustainable di kehidupan modern ini.
Meski kamu tinggal di apartemen Atau tinggal di perkotaan Di pedesaan Dimanapun kamu tinggal, berhomestead di era modern itu adalah tentang menjalani dan experiencing hidup yang lebih berkesadaran dan heartful (saya suka menyebutnya dengan Heart Work Life), hidup dengan merasakan kebahagiaan dari yang kita lakukan dengan niat mulia dari hati.
Sesederhana kamu menanam sisa bawang pre yang dibeli di pasar, kemudian dia bisa terus tumbuh, dan kamu gunakan untuk taburan mie homemademu, atau mencium aroma saos tomat bikinanmu sendiri dan merasakan lezatnya dan pujian anak-anak yang tidak ada hentinya terus nyemilin saos tomatmu.
Atau aroma dari membuat roti sendiri.
Saya tidak tahu akan seperti apa perjalanan berhomesteadmu jadinya, Tapi kamu akan selalu bisa menemukan apapun untuk diciptakan, dibuat, ditanam untuk kehidupanmu dan keluarga. Karena semua yang kamu buat itu adalah apa yang dibutuhkan untuk berlangsungnya kehidupan ini, entah itu dia homesteader atau bukan.
Kesemua inilah yang membuat saya, terus saya bersemangat untuk menjalani hari. Dan benar-benar merasakan ada Allah disana, disetiap detik kehidupan ini. And beyond all of that.
Dan tahu nggak, Sadar atau tidak, selama 1 dekade terakhir, saya terus berperjalanan dengan misi kami sekeluarga untuk membawa kembali gaya hidup ini ke kehidupan modern karena KITA MEMBUTUHKANNYA. Karena cara hidup ini, meski tidak kita lakukan 100% atau totalitas, dia tetap menjadi hal vital untuk keberlanjutan kita dan bumi ini (termasuk hati kita).
Pheww… Apa kamu masih membaca? Kita bisa merubah semua ini Kita bisa untuk belajar kembali Kita bisa membesarkan anak-anak yang lebih sehat mental, jasmani dan rohaninya yang kenal dari mana makanan mereka datang dan mana makanan sehat dan tidak sehat.
Berhomestead itu seriusan lebih dari apa yang terlihat sekilas di Seri Little House On The Prairie, atau bernostalgia bagaimana eyang/nenek/buyut kita hidup dan kita sempat merasakan enaknya masakan yang dimasak di atas tungku api. Berhomestead itu lebih dari kesemua hal yang saya jelaskan di atas.
Sisters, Saya akan berada disini selama Allah wills it. Saya akan terus sharing very deeply passionately.
Ini semua hanya awal perjalanan kita. Mungkin kamu merasa kewalahan dan binggung? Please jangan ya.. Kamu bisa mendownload pdf cara memulai hidup sustainable di halaman ini.
Dan terus bersama saya berperjalanan, Feel free DM saya, atau comment di bawah untuk ngobrol anytime! Atau tag saya seputar project atau keseharian berhomestead ala kamu di #greenfamilyecohomestead @greenfamilyecohomestead atau FB Deasi Srihandi untuk berperjalanan bersama.
Bismillah. Let’s make this life one that our Creator will smile at us and love us more.
Selalu mimpiin punya kebun sayuran sendiri? Ingin panen air hujan? Baking pake telur dari ayam peliharaan sendiri? Memanggang ikan yang diambil langsung dari kolam ikan peliharaan di halaman rumah? Ingin punya tanah yang luas untuk bisa hidup sustainable? atau ingin memulai hidup sustainable seadanya di kota? Ingin mulai hidup sustainable/berhomestead karena masalah krisis lingkungan hidup? Atau ingin berhomestead karena hidup seperti ini sangat menyenangkan?
Mungkin ide untuk hidup ala homesteading / sustainable / mandiri masih terdengar dan terbayangkan terlalu rumit, ribet, berat untuk kalian lakukan, belum lagi kebinggungan mau mulai dari mana? Manalagi kalian punya komitment pekerjaan yang nggak bisa ditinggal begitu saja dan komitmen kehidupan modern lainnya yang sudah kadung dijalankan, jadi kalian nggak punya waktu untuk misal langsung pindah untuk hidup mandiri di gunung seperti kami, atau bahkan nggak punya waktu untuk memelihara ayam, padahal pengen banget panen telur organik free range dari halaman atau bahkan berkebun sayuran dihalaman rumahpun nggak bisa sempat karena kesibukan sehari-hari. Jadi gimana caranya mau mulai berhomestead? Apa ada caranya?
Pasti ada!, berhomesteadlah di akhir pekan dan mulailah perjalanan homestead kalian sekeluarga dari sana, dimanapun kalian berada, dan seberapapun besar lahan yang kalian miliki. Ada banyak sisi dari kehidupan homestead. Ada banyak keahlian sederhana untuk hidup berhomestead.
Yang kalian butuhkan itu mudah banget. Just pick one and start from there! Kami sekeluarga memulai kehidupan berhomestead ketika masih tinggal di daerah perkotaan. Kemudian 2 tahun yang lalu kami pindah ke eco-farm untuk hidup sustainable ala homestead sepenuhnya. Kami paham sekali gimana rasanya berjuang dan susahnya perjalanan berhomestead itu. Kami mulai dengan pendanaan minimal (seadanya), bahkan hingga detik ini, semua project di eco-farm harus menyesuaikan dengan budget yang ada. Kami jadi tahu mana-mana project berhomestead yang ideal untuk dilakukan diawal berhomestead atau kapan idealnya bisa dilakukan. Ada banyak homestead project yang mudah dan murah yang bisa kalian lakukan yang sangat ideal untuk dijadikan sebagai batu pijakan kalian untuk perjalanan hidup sustainable nantinya.
Berikut ini beberapa simple homestead project yang bisa kalian lakukan secara bertahap, step by step, di setiap akhir pekan, atau beberapa menit bahkan beberapa jam setiap harinya. Daftar berikut ini, untuk mudahnya, aku buat pemisalan jenis project setiap minggu (4 minggu dalam 1 bulan). Kita mulai bulan Desember tahun 2015 ini ya.. semoga tahun depan bulan Desember 2016, kalian udah punya banyak tabungan keahlian sederhana dan pengalaman untuk hidup sustainable the real deal!
Desember 1. Mencari lokasi untuk keluarga hidup sustainable/berhomestead 2. Menentukan tempat untuk berkebun 3. Membuat rencana berkebun 4. Menyimpan/Mengumpulkan benih
Januari 5. Menyiapkan lahan untuk berkebun 6. Membuat kompos 7. Membuat kompos cacing/memelihara cacing untuk komposting 8. Membuat jemuran pakaian (jemur pakaian kalian, jangan pakai mesin pengering yaa!).
Februari 9. Menata budget untuk hidup mandiri 10.Menyesuaikan jadwal kegiatan homestead untuk seluruh anggota keluarga 11.Membuat menu keluarga sesuai kearifan lokal dan musim panen 12.Mengawetkan makanan secara alami
Maret 13.Menyederhanakan kehidupan rumah tangga 14.Belajar tentang sustainability/magang di eco-farm green family misalnya atau di tempat lainnya 15.Merotasi tanaman di kebun 16.Membuat filter air hujan untuk kebutuhan memasak dan minum
April 17.Mencari ide untuk pemasukan keuangan dengan cara yang sustainable 18.Mencoba menggunakan sumber energi angin dan atau matahari 19.Mempelajari tanah/memperbaiki kualitas tanah 20.Membuat roti sendiri
Mei 21.Mengunakan kembali barang bekas/reuse 22.Menanam pohon buah 23.Menyimpan makanan untuk keadaan gawat darurat 24.Membuat perencanaan hidup sustainable ala homestead jangka panjang
Juni 25.Membuat rumah ayam 26.Membuat sistem panen air hujan/rainwater catchment 27.Menilik pilihan home education/ homeschool untuk anak-anak 28.Belajar menikmati kehidupan sederhana yang kita miliki
Juli 29.Berpartisipasi dikegiatan sosial lokal yang berkaitan dengan sustainability 30.Membuat semua makanan di dapur 31.Membuat minyak kelapa 32.Menetaskan telur ayam
Agustus 33.Membuat camilan keluarga 34.Membuat Lilin 35.Membuat sabun 36.Membuat produk pembersih rumah tangga
September 37.Membuat pasta gigi 38.Membuat gerabah 39.Merajut 4 0.Menjahit
Oktober 41.Membuat kertas 42.Membuat Keranjang dari bambu/rotan 43.Belajar penanganan masalah kegawatdaruratan 44.Obat-obatan herbal
November 45.Membuat rumah burung 46.Membuat kolam ikan 47.Komposting Toilet 48.Mengatasi masalah hama dan penyakit tanaman
Nah kalau sudah dibuat terencana dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan seperti contoh diatas, rasanya akan lebih mudah kan, untuk kita mulai project-project sederhana menuju hidup yang sustainable ala homesteader. Don’t wait for tomorrow to start what you should already start long time ago. Our time is running out!
Homestead itu adalah cara hidup yang membuat kita bisa hidup sustainable dan sudah saatnya kita belajar menikmati seninya hidup selaras alam seperti seharusnya kita hidup.
Please remember, that we only live in this world for a blink of a time, but our impact is forever!
Perhatian! Jangan takut dulu ya.. dengan daftar panjang, keahlian yang kita butuhkan untuk bisa sukses hidup mandiri sebagai homesteader. Aku nggak punya semua keahlian di bawah ini, tapi, aku berusaha keras untuk belajar dan menguasai banyak dari keahlian tersebut, one or more skill at a time, secara terus menerus.
Ok, lets dive in!
Kenapa sih aku bilang kita kudu memiliki banyak keahlian untuk bisa mandiri/sustainable atau kalau kalian ingin nyebutnya sebagai homesteader. Karena kita kudu bisa bergantung pada diri sendiri lebih dari kebiasaan orang-orang yang hidup di area perkotaan. Oleh karenanya, masing-masing dari kita butuh untuk bikin daftar, keahlian apa saja yang akan kita butuhkan untuk hidup mandiri sebagai homesteader. Paling enak nik kalau kita sudah berkeluarga (nah yang belum, ayo cari pasangan!). Jadi kita bisa duduk dan berembuk, bikin daftar keahlian, terus, kita bikin daftar keahlian yang sekarang masing-masing dari kita sudah miliki, dan keahlian mana-mana saja yang masing-masing dari kita bisa kuasai/pelajari, agar semua keahlian yang nanti ada di daftar kita, ada di keluarga, sip kan!
Kalo menurut pengalaman sih, ada baiknya, kita mikirin keahlian yang memungkinkan keluarga untuk mendapatkan penghasilan, bisa dari hobi dan kerajinan mungkin? Mungkin kita bisa menjual produk dari kerajinan/keahlian kita ke pasar, atau ke masyarakat sekitar tempat tinggal atau berjualan online? banyak yang sukses lho, paling tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga dengan menjual hasil dari keahlian diatas (Saya salah satunya, ehemmm).
Mengeringkan Kopi OrganikMembuat Pisau KayuMemasak dengan Ranting Kayu Saja!Aquaponics
Dibawah ini daftar keahlian yang bisa aku pikirkan, berdasarkan pengalaman kami sekeluarga dari mulai berhomestead hingga saat ini dan apa-apa yang kami pikirkan akan berguna jika keahlian tersebut kami miliki dikemudian hari nanti. Aku nggak akan menjelaskan keahlian dibawah ini satu persatu, karena terlalu banyak info yang terkait di dalamnya, bisa-bisa blog ini jadi buku deh.. :-p Nah, setelah kalian baca list ini, yang kalian butuhkan, adalah cari, ilmunya, cari bukunya untuk kalian pelajari, bikin perpustaan keluarga (seperti kami sekeluarga juga!).
Daftar Keahlian Homestead/ atau untuk hidup Sustainable: 1. Berkebun 2. Memasak & Baking 3. Menjahit 4. Listrik 5. Pertukangan kayu (termasuk membuat furniture) 6. Menyembelih/membersihkan hewan untuk dikonsumsi 7. Memelihara hewan ternak 8. Pertukangan batu (bekerja dengan semen, dan sejenisnya). 9. Tukang pipa 10. Keahlian mekanik 11. Membuat dan memperbaiki barang yang terbuat dari besi/baja (metal) 12. Berburu dan mencari ikan 13. Pengawetan makanan “Canning & Preserving” 14. Memelihara lebah 15. Membuat sabun dan personal care 16. Membuat lilin 17. Memelihara bangunan secara keseluruhan 18. Membuat dan memperbaiki barang dari kulit 19. Bercocok tanam rempah 20. Memelihara tanaman buah 21. Membuat cuka, lye 22. “weaving & spinning” untuk kemudian dibuat rajutan 23. Merajut “Knitting, crocheting dan embroidery” 24. Merawat senapan 25. Pengobatan herbal 26. Menjadi operator alat-alat yang dibutuhkan untuk menjaga keberlangsungan kebutuhan farm, seperti operator solar power, wind turbine, dll. 27. Keahlian kondisi kegawatdaruratan 28. Keahlian bertahan hidup pada kondisi ekstrim baik cuaca dan karena hal lainnya 29. Mengajar anak “homeschooling atau home education” 30. Memanen air hujan dan menjernihkan air agar bisa dikonsumsi 31. Menggunakan radio (termasuk membuatnya) 32. Membuat composting toilet + penggunaan 33. Membuat produk pembersih rumah tangga, mulai dari detergen, disinfektan, dll 34. Memasak dengan sumber energi yang sustainable 35. Menggunakan senapan, memanah, menggunakan katapel 36. Ilmu beladiri 37. Membuat api (termasuk dikondisi basah atau hujan!) 38. Membuat produk dari bahan hewani seperti keju, butter 39. PERMAKULTUR! 40. Cara membuat sumber listrik dari sumber yang sustainable 41. Berkebun/bercocok tanam dengan Aquaponics 42. Keahlian pola makan sehat untuk memiliki kesehatan yang optimal
Sebenarnya masih banyak lagi! itu aja sudah super banyak sekali! dan dari hal-hal diatas, masih bisa di break down, menjadi banyak keahlian di dalamnya..
Sekarang yang kalian butuhkan adalah: lihat dulu, mana-mana keahlian yang paling penting yang harus kalian miliki agar kehidupan yang sekarang lebih mudah untuk dijalani, dan mana-mana yang harus kalian miliki untuk persiapan memulai berhomestead/hidup berkelanjutan.
Dan dari pilihan diatas, kalian harus mulai mencari buku tentang keahlian tersebut, beli bukunya, atau pinjam ke perpustakaan atau kalau sekarang, di “google” aja inshaAllah udah nemu.. pilihan kita sekeluarga? cari bukunya, buku untuk keahlian tersebut harus kami miliki, dan tersedia di perpustakaan keluarga, dan dimasing-masing ipad anggota keluarga, agar jika sewaktu-waktu kami butuhkan, bisa dengan mudah didapatkan. We’ve got thousands of books in our family library and still adding!
Kalau ada keahlian penting yang lupa aku cantumkan di atas, silahkan tulis di comment bawah ya.. Agar nantinya bisa aku tambahin ke list atas, biar lebih lengkap panduannya buat kita semua.. Semoga awal minggu kalian super produktif, super menyenangkan dan super motivasinya! and inga-inga! Sustainability itu mulainya ya dari kamu!
Apakah homesteading untukmu dan keluarga? Saya dapat menunjukkan bagaimana kamu dapat memetakan dan mulai merencanakan keluargamu hari ini juga!
Saya akan berbagi bagaimana memulai hidup yang lebih berkelanjutan lewat cara berhomestead baik di desa ataupun di kota.
Pada tahukan, kalo semakin banyak orang yang ingin merubah gaya hidupnya, ke hidup yang lebih hijau, hidup mandiri, bahkan lebih sustainable even to the fullest dengan cara berhomestead atau hidup dari tanah kita sendiri (baca: memenuhi kebutuhan hidup dengan usaha sendiri dengan menggunakan sumber daya dari tanah kita). Kenapa sih orang-orang pada tertarik untuk hidup berhomestead? Nah ini bahasan besar lainnya.. I can share this with you for 1 hour in brief to make you aware or 5 hours in medium range to make want it and 1 week to get you freak out and change the way you live your life right now, because homesteading is just so COOL n FUN!
Iya jujur, kalo aku bilang dari sisi keluarga kami n aku sendiri, gaya hidup berhomestead itu memiliki banyak hal yang menarik ketimbang hidup seperti orang modern saat ini (non homestead).
Hidup lebih hijau dan bakal lebih sustainable n creating more sustainable earth (pahalanya besar sekali buat kita, inshaAllah).
Kalo kita ngerjainnya dengan planning yang tepat, bikin homestead life itu lebih sederhana n mudah.
Dan hidup kita jadi super berkurang stressnya.. alias way more stress free life (artinya kita bakal lebih bahagia dan mengerjakan lebih banyak kebaikan untuk dunia dan akhirat), loveee this one so much!.
Ketika membeli kambing Etawa
Emang iya, menyenangkan dan bikin adrenalin terpacu dan bikin kita jadi excited untuk balajar hal baru, keahlian baru yang akan memberi manfaat jangka panjang untuk kita, keluarga juga masyarakat. Belum lagi kita bakal bisa menghabiskan waktu di udara terbuka yang segar, bebas polusi di alam yang masih hijau.. dan banyak hal lainnya.. Tapi, kita pasti mikir, apa hidup seperti ini cocok buat kita? Cocok buat saya? Cocok buat kami sekeluarga?
Penting banget buat kalian untuk memikirkan pertanyaan di atas secara matang, bukan hal yang sepele untuk merubah gaya hidup, it’s a VERY BIG THING!. Nah kalau kalian ingin mikirin kalau pilihan berhomestead ini tepat untuk keluargamu, aku bisa nolongin sedikit dengan tulisan ini ya.. then kalian bisa banget, main ke eco-homestead kami di gunung, untuk nyicipin dan tau dengan detail dan nyata, gimana sih hidup berhomestead itu.. :-*
Kadang aku pikir, hidup seperti ini atau ketertarikan seperti ini adalah sesuatu yang kita semua terlahir dengannya, misal, ada yang suka n pintar gambar, ada yang pintar nukang, ada yang suka dengan laut, yang dimanapun kita hidup, panggilan ini akan terus ada dengan kita, dan kita jadi memiliki atau jadi expert dengan skill dari gift ini, tergantung diri kita dan lingkungan dimana kita tinggal. Apa kita mau mengembangkannya dan menjalaninya sebagai pilihan hidup atau tidak. Pada kenyataannya, banyak dari kita yang nggak pernah mengembangkan talentanya atau passionnya karena apapun alasan dibaliknya.
Pak Suami sedang membuat rumah pandai besi
Sekarang ayo kita cari tahu bagaimana memulai untuk memutuskan berhomestead:
Pertama, Kenali talentamu atau passion untuk berhomestad. Hal ini berlaku untuk semua kalangan, nggak peduli kaya atau miskin, masih muda atau sudah tua, keluarga besar atau kecil (speaking of a big family moving into a homestead life?, I’m there!, lol!). Mulailah dengan hal yang paling sederhana, mulailah dari nol, mulai dengan skala kecil, nggak usah mikir yang muluk-muluk seperti bikin homestead seperti eco-resort di Bali atau homestead di USA or Europe @_@. Be realistic!. Kenapa? Karena tuk memulai berhomestead, butuh lebih dari sekedar uang untuk kita sukses. Butuh waktu, butuh keahlian, butuh kesabaran, butuh tenaga, butuh keringat, butuh air mata (booooo!!!!!, but seriously, sesekali keran mataku bocor, nanggis karena sebel ma diri sendiri). TAPI, perjalanan berhomestead ini super MENYENANGKAN dan REWARDING!
Yusuf sedang nyobain ditidur di hammock
Langkah kedua, buat perencanaan, riset, banyak membaca dan belajar! Hal ini super crucial alias penting sebelum nyemplung pindah ke tanah untuk berhomestead kalian. Dan jangan lupa, sambil menunggu beli tanah dan pindah secara permanen, pastikan kalian mengembangkan keahlian berhomestead. Penting untuk kalian pahami, memiliki keahlian itu butuh waktu, butuh kerja keras, not just reading. Pikirin profesi seperti dokter, mekanik, penjahit, they trained for many years, spend time, money, effort to be highly skilled. Tapi bedanya nih, keahlian berhomestead itu benar-benar menyenangkan, soalnya, sambil belajar kita punya kesempatan hidup dengan kondisi yang relax, sehat, dan seperti hidup di terapi session for FREE!!. Kita bisa mendengarkan suara burung sepanjang hari, melihat tupai lompat dan sharing makanan sama temannya di ranting pohon, berkebun ditemani anjing setia untuk menjaga kita :-*, melihat lahirnya baby sheep, panen madu, senangnya panen wortel pertama (aku sampe nggak abis pikir, its really Allah’s hands in everything we do, that we become acknowledging it and that love really sip into our soul that we can’t not noticing it and we can’t do anything and only rely on Him solely when we’re living a homestead life). Digging a carrot n potato for example for me is like getting miracles inside the soil. Dan banyak hal lainnya yang sangat menyenangkan dari belajar sambil hidup berhomestead.
Meja Pak Suami untuk pertukangan yang dia buat sendiri dan beratnya, kudu minimal 2 orang tuk geserin atau 4 orang tuk ngangkat yang sekarang usianya sudah hampir 5thn.
Langkah ketiga, Mulai, mulai, mulai! Jangan nunggu kalo sudah siap. Just do it (Like Nike slogan!). Meski juga nanti jatuh bangun, bangun aja lagi.. nggak usah mikirin jatuhnya berapa kali.. Pasti ada hal yang terjadi tidak sesuai rencana, atau bikin setresss….!! atau malah jadi pemicu tuk give up homesteading life.. tapi.. semua hal dikehidupan ini, kan gitu juga adanya, its a nature of life. Kita punya kekuatan untuk terus berjuang, untuk tidak menyerah. Tapi nggak usah punya pikiran, kalau kita bisa langsung jadi homesteader tulen dengan keahlian super. No Master can achieve that in an instant moment. It takes abundance of life to create mastery in the Master himself. When you feel like you’re going to give up, DON’T! Kamu pasti bakal melihat perubahan, melihat segala hal menjadi lebih baik, keberhasilan akan datang and it’s all good in the end. Kita hanya butuh untuk tetap berjuang dan sabar. There’s a quote I love, “Mereka yang yakin dengan hasil yang akan dicapai, bisa berusaha untuk menunggu dan menunggu tanpa kecemasan” Alias sabarnya ya sabar sebenarnya, sabar itu bukan menunggu saja, tapi berusaha, do something while waiting for the outcome, the doing aka the work is the things that make the outcome happen.
Pak Suami dan salah satu anak sedang berbee-keeping
Langkah keempat, Pilih mana-mana yang akan kalian lakukan terlebih dahulu dengan bijak. Nggak ada orang di dunia ini yang bisa melakukan segala hal sendiri and so can’t you! And so can’t I or our family. Misal, klo belum pintar tuk bikin rumah sendiri, mending minta orang lain yang bikinin kita rumah. Lebih baik melakukan sedikit hal tetapi kita jadi benar-benar berhasil melakukannya secara konsisten, daripada, melakukan banyak hal tetapi semua hasilnya jelek. Unless if its for survival, you just need to know most stuff even you know some of them you will be suck at it. Selalu, kami sekeluarga mencoba melakukan sesuatu hal, belajar sesuatu hal, dan menemui kegagalan (failure is a common term and its not something bad if you open your big heart to accept your failure, I tell you it’s not easy even for me but it can be done, I’ve done that and some part of my life, I’m still working on it). What we as family normally do, when we tried and tried and we failed, we stop. And later on, maybe months later when the time is right, when we have done our homework and have more energy, we try n start again, sometimes we start all over again. No Shame in that. Honey said “So what if you have to fail”.
Setelah kalian menjalani kehidupan berhomestead selama beberapa tahun, pasti keahlian yang kalian miliki sudah banyak dan kalian akan lebih bijaksana untuk membuat berbagai keputusan. Kalian akan punya intuisi or inner voice a wisdom one untuk tahu mana yang sekiranya akan berhasil dan mana yang bakal buang-buang waktu saja.
Dan akhirnya…. langkah terakhir dan paling utama adalah….. “NIKMATI KEHIDUPAN BERHOMESTEADMU! :-* nikmati udaranya, nikmati kedekatan dengan keluarga, nikmati keberhasilan panen wortel mini, nikmati kebahagiaan dari membuat kebutuhan untuk keluargamu. Nikmati kesederhanaan dari hidup berhomestead, nikmati hubungganmu dengan Sang Pencipta.
Gratitude should be our attitude
At the end of the day (after you read and digest my piece of mind), you will wonder..
Why the heck you do not start living a homestead life yet? (I can hear yaa… and I know how that feels….).
Deasi
Ps: Kalau kalian ingin mencoba gimana sih rasanya hidup berhomestead secara super duper real to the second (no sugar coating here!), come and try to live in our Eco-Farm, kalian bisa datang sekeluarga atau sendiri dan menyewa salah satu gubuk kami. Ikuti keseharian kami from dusk till dawn and feel the enjoyment and you might be surprised to have an urge of Beautiful Gratitude as a bonus :-*